Tak Mau Bali Kelaparan – Pulau Bali, surga pariwisata dunia, kini menghadapi ancaman yang jauh lebih serius daripada sepi wisatawan: krisis pangan. Di tengah perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian, serta minimnya inovasi pertanian lokal, Gubernur Bali Wayan Koster mengambil langkah mengejutkan—meminta Dinas Pertanian Bali untuk belajar langsung ke Israel. Negara kecil di Timur Tengah itu di kenal sebagai pelopor teknologi pertanian di lahan kering. Tapi, langkah ini langsung menuai pertanyaan: benarkah Bali sudah sedarurat itu hingga harus menoleh ke luar negeri?
Teknologi Pertanian Israel: Solusi atau Sekadar Impian?
Israel bukan tanpa alasan di jadikan acuan. Negara ini mampu mengubah gurun menjadi ladang subur menggunakan teknologi irigasi tetes slot bet 400, pertanian presisi, dan sistem pertanian terpadu. Bahkan dalam keterbatasan air dan lahan, mereka sukses menjadi pengekspor produk pertanian. Sementara Bali, yang di anugerahi tanah subur dan curah hujan cukup, justru tergopoh-gopoh menjaga ketahanan pangannya.
Pertanyaannya: apakah solusi Israel benar-benar cocok di terapkan di Bali yang memiliki kultur, geografis, dan sosial yang sangat berbeda? Apakah Dinas Pertanian benar-benar siap menyerap dan menerapkan teknologi itu, atau hanya akan jadi wisata belajar belaka?
Krisis yang Dibungkam: Ketika Lahan Sawah Jadi Villa
Fakta di lapangan memperlihatkan ironi pahit: lahan-lahan subur di Bali terus menyusut karena di jual demi pembangunan hotel, villa, dan fasilitas wisata. Masyarakat tergiur keuntungan jangka pendek, dan pemerintah daerah tampak terlalu lambat mengambil sikap tegas. Akibatnya, produksi pangan lokal terus menurun, ketergantungan pada impor pangan makin tinggi, dan petani kehilangan semangat https://www.sakanajapanese.com/.
Dalam kondisi seperti ini, langkah Koster bisa di anggap sebagai sinyal peringatan keras: Bali tidak bisa lagi mengandalkan metode lama. Jika tidak segera bertransformasi, bukan tidak mungkin Bali yang subur akan berubah menjadi pulau konsumen yang lapar di tengah gemerlap pariwisata.
Baca juga: https://mitratanimandiri.org/
Belajar ke Israel: Kontroversi yang Mungkin Perlu
Tentu, langkah belajar ke Israel bukan tanpa polemik. Dari sisi politik hingga efisiensi anggaran, kebijakan ini bisa menimbulkan pro-kontra. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri: Bali butuh solusi radikal, dan dunia sudah terlalu jauh maju untuk kita bertahan dengan sistem usang.
Mungkin Koster sedang berjudi. Tapi bisa jadi, ini satu-satunya cara agar Bali tidak menjadi pulau yang hanya indah di mata turis, tapi kosong di dapur rakyatnya. Anda mungkin tidak setuju, tapi pertanyaannya sekarang: lebih baik terkejut hari ini atau kelaparan esok hari?